Senin, 02 Juni 2014

Cara Untuk Meningkatkan Produksi ASI


1. Sering menyusui. Ini kunci terpenting untuk meningkatkan produksi ASI. Produksi ASI akan lancar jika payudara sebagai gudang ASI terus-menerus dirangsang. Caranya, tingkatkan frekuensi bayi menyusui selama 72 jam pertama kelahirannya atau dengan memerah ASI. Semakin sering penyaluran ASI dengan isapan bayi, produksi ASI akan meningkat secara alamiah.

2. Kosongkan kedua payudara saat menyusui. Pastikan bayi anda menyusui cukup lama untuk mengosongkan kedua payudara Anda.

3. Jangan menjadwalkan menyusui. Susui bayi kapanpun ia memerlukannya.
 
4. Biarkan bayi Anda menikmati “cluster feed” (minum ASI terus menerus dan sering, nyaris tanpa jeda; biasanya sore hari sebelum tidur). Bila jadwal minum biasanya 2-3 jam dan tiba-tiba berubah jadi lebih rapat, kemungkinan besar bayi sedang mengalami growth spurt dan memerlukan asupan lebih banyak.

5. Coba menyusui bergantian. Bila ia bosan dengan putting payudara kiri, tawarkan putting payudara kanan sehingga ia tak lagi menghisap. Fungsi utama saluran adalah untuk mengalirkan dan membawa ASI dari pabriknya, bukan untuk menyimpan. Jadi, ASI yang sudah diproduksi di pabrik ASI (payudara) sebaiknya langsung dialirkan melalui saluran ASI (puting) dengan menikmati waktu menyusui. Isapan bayi akan mengosongkan maksimal 70 persen ASI dari payudara, untuk kemudian berproduksi kembali secara alamiah.

6. Pijat Payudara
Saat bayi malas menghisap, ibu dapat membantu memijat payudara untuk meneruskan aliran ASI saat ia sudah tidak minum sendiri. Bila ibu mengalami mastitis, ibu juga bisa Massage / pemijatan payudara dan kompres air hangat & air dingin bergantian. Untuk mencegah mastitis, jangan mencuci putting setelah menyusui karena hanya akan mengakibatkan putting jadi kering dan iritasi. ASI sudah mengandung banyak elemen untuk mencegah bakteri dan jamur tumbuh, dan telah mengandung pelindung alami untuk ibu dan bayi. Sewaktu mandi, bisa diusap dengan busa sabun seperti pada seluruh tubuh, seperti mandi biasa saja.
pijat-payudara
Langkah-langkah pemijatan adalah sebagai berikut:
  • 1. Pijatan dimulai dari pangkal payudara.
  • 2. Tekan dinding dada dengan menggunakan dua jari (telunjuk dan jari tengah) atau tiga jari (ditambah jari manis).
  • 3. Lakukan gerakan melingkar pda satu daerah di payudara selama beberapa detik, lalu pindahkan jari ke daerah berikut:
  • 4. Arah pijatan memutar atau spiral mengelilingi payudara atau radial menuju puting susu.
  • 5. Kepalkan tangan, lalu tekan ruas ibu jari ke dinding dada.
  • 6. Pindahkan tekanan berturut-turut ruas telunjuk, jari tengah, jari manis, dan kelingking ke arah puting.
  • 7. Ulangi gerakan tersebut pada daerah berikutnya.
  • 8. Untuk bagian bawah payudara, tekanan dimulai dengan tekanan ruas jari kelingking.
7. Susui di malam hari. Kadang bayi Anda tidur terus tanpa terbangun. Di malam hari, usahakan bangun untuk menyusui bayi Anda.
 
8. Pompa ASI setelah selesai menyusui, terutama bila Anda merasa payudara belum terasa kosong. Bila anda ibu bekerja, cobalah memompa 15 menit setiap beberapa jam sekali saat bekerja. Gunakan pompa yang dapat memompa 2 payudara sekaligus, ini lebih menstimulasi produksi ASI dibandingkan yang hanya satu bergantian.

9. Ciptakan kontak kulit dengan bayi. Misalnya membelainya dan mengajaknya berkomunikasi. Hal ini akan memicu hormon oksitosin (hormon cinta) yang akan berperan dalam produksi ASI Anda.

10. Susui sambil berbaring di ranjang, akan membantu anda lebih relaks dan membuat bayi Anda menyusu lebih lama.

11. Jangan tidur telungkep. Ini bisa menekan payudara Anda dan menurunkan produksi ASI Anda.

12. Saat Anda harus melakukan sesuatu, misalkan menyapu, taruh bayi Anda di gendongan/sling, jadi ia bisa menyusui bila ia mau. Gendongan yang baik adalah yang menghadap ke ibu, bukan bayi menghadap ke depan. Tentunya, sesuaikan dengan usianya.

13. Hindari dot dan empeng untuk menghindari bingung puting.
Karena menghisap dari dot dan empeng lebih gampang, sementara dari puting lebih susah, bila anak kebiasaan ngempeng dot, maka ia akan menolak puting. Jika ibu ingin memberikan ASI peras/pompa (ataupun memilih susu formula) berikan ke bayi dg menggunakan sendok, bukan dot ! Saat ibu memberikan dg dot, maka anak dapat mengalami BINGUNG PUTING tersebut, Kondisi dimana bayi hanya menyusu di ujung puting seperti ketika menyusu dot. Padahal, cara menyusu yang benar adalah seluruh areola (bag. gelap di sekitar puting payudara) ibu masuk ke mulut bayi. Akhirnya, si kecil jadi ogah menyusu langsung dari payudara lantaran ia merasa betapa sulitnya mengeluarkan ASI. Sementara kalau menyusu dari botol, hanya dengan menekan sedikit saja dotnya, susu langsung keluar. Karena itu hindari penggunaan dot sama sekali.

14. Hindari menggunakan pil KB saat menyusui, untuk pencegahan kehamilan gunakan spiral. Beberapa ibu takut dengan spiral, tapi carilah informasi dokter kandungan yang ahli memasang spiral (berpengalaman). Selain sangat praktis, juga hemat biaya dan tidak mengandung hormon sehingga aman untuk produksi ASI Anda.

15. Jangan Merokok
Bukan hanya dapat menurunkan produksi ASI, nikotin dalam rokok bisa ikut masuk ke dalam aliran ASI dan meracuni si Kecil. Perokok pasif juga meningkatkan resiko SIDS (sindrom bayi mati mendadak), resiko asma, bronkitis, dan pneunomia.

16. Banyak minum air putih
Bahan utama produksi ASI adalah Air. Jadi pastikan anda banyak minum air, bisa berupa air putih, susu, jus dan sup.

17. Batasi kafein (kopi/teh/soda)
Kafein pada kopi, teh, soda dan coklat sedikit-banyak bisa ikut masuk ke aliran ASI dan menimbulkan gangguan tidur pada si Kecil

18. Rileks saat menyusui, jangan terburu-buru.
Kondisi psikologis ibu menyusui sangat menentukan keberhasilan ASI eksklusif. Menurut hasil penelitian, > 80% lebih kegagalan ibu menyusui dalam memberikan ASI eksklusif adalah faktor psikologis ibu menyusui. Satu pikiran “ASI peras saya cukup gak ya?” maka pada saat bersamaan ratusan sensor pada otak akan memerintahkan hormon oksitosin (produksi ASI) utk bekerja lambat. Dan akhirnya produksi ASI menurun. Stres berperan besar untuk menurunkan kemampuan alami tubuh kita untuk memproduksi ASI. Carilah tempat tenang untuk memompa ASI, putar musik lembut sambil memandang foto bayi Anda saat Anda memompa ASI di kantor.
Disini sebetulnya peran besar sang ayah. Jika ayah mendukung maka ASI akan lancar. Mendukung bisa dengan berbagai cara mulai dari menyemangati istri hingga hal-hal lain spt menyendawakan bayi setelah menyusu, menggendong bayi utk disusukan ke ibunya, dsbnya.

19. Banyak istirahat. Anda bisa tidur saat bayi Anda tidur di siang hari, untuk menghemat tenaga dan menghindarkan Anda dari stress. Jangan ragu meminta bantuan dari suami, asisten atau nenek si Kecil saat Anda membutuhkan bantuan.

20. Makan makanan sehat bergizi.
Jangan diet dulu atau terburu-buru ingin menurunkan berat badan saat Anda menyusui. Makan banyak sayur, buah, gandum, susu.

21. Konsumsi “galactagogue” (bahan alami untuk meningkatkan produksi ASI) seperti: Fenugreek, Fennel Seed atau Blessed Thistle.  Fenugreek merupakan tanaman herbal yang berasal dari daerah Mediterania. Fenugreek digunakan di seluruh dunia telah digunakan oleh perempuan selama berabad-abad sebagai “galactagogue”. Fenugreek mengandung diosgenin, sebuah estrogen nabati, yang telah terbukti untuk meningkatkan aliran susu pada wanita menyusui untuk membantu mendukung produksi ASI. Tidak seperti suplemen Fenugreek tersedia di pasaran yang harus diminum hingga 8 kapsul per hari, Fenugreek dari Fairhaven Health memiliki komposisi unik konsentrat ekstrak bubuk biji Fenugreek (8:1), memberikan dosis setara dengan 2000 mg dari fenugreek standard umumnya, hanya dalam 2 kapsul veggie setiap harinya.
Ibu menyusui dapat melihat peningkatan produksi ASI-nya dalam 2-3 hari pertama setelah mulai suplementasi dengan fenugreek ini, dengan efektivitas penuh dicapai dalam waktu 2 minggu. Penggunaan jangka panjang dapat untuk membantu mempertahankan produksi ASI.
Pilihan bagi yang suka minum teh, Fennel Seed dan Blessed Thistle yang terkandung dalam Nursing Time Tea, membantu meningkatkan produksi susu untuk perawatan ibu dan membantu meringankan keluhan pencernaan baik untuk ibu dan bayinya. Nursing Time Tea yang tidak mengandung kafein ini adalah teh alami yang diciptakan untuk membantu ibu menyusui memperbanyak ASI juga melancarkan pencernaan. Kandungan herbal alami dalam Nursing Time Tea telah digunakan selama ratusan tahun di Amerika untuk meningkatkan laktasi yang sehat dan memulihkan kondisi ibu setelah melahirkan.

22. Hindari pemberian susu formula.
Terkadang karena banyak orangtua merasa bahwa ASInya masih sedikit atau takut anak gak kenyang, banyak yg segera memberikan susu formula. Padahal pemberian susu formula itu justru akan menyebabkan ASI semakin tidak lancar. Anak relatif malas menyusu atau malah bingung puting terutama pemberian susu formula dg dot. Begitu bayi diberikan susu formula, maka saat ia menyusu pada ibunya akan kekenyangan. Sehingga volume ASI makin berkurang. Makin sering susu formula diberikan makin sedikit ASI yg diproduksi.

23. Hindari obat-obatan yang mengandung antihistamin (obat anti alergi klorfeniramin maleat, deksklorfeniramin maleat, doksilamin) dan dekongestan ( biasa ditemukan pada obat pelega hidung tersumbat, bentuknya bisa berupa fenilpropanolamin, fenilefrin, efedrin, pseudoefedrin ) karena bisa menurunkan produksi ASI. Bila Anda terserang flu, obati secara alami dengan mandi air hangat, minum minuman hangat dan sup ayam serta banyak istirahat.

24. Hangatkan hubungan dengan suami (Anda boleh berhubungan lagi setelah 4-6 minggu setelah kelahiran, Keluarnya lokia, darah dari vagina selama masa nifas yang mengindikasikan terjadinya pemulihan rahim, bisa berlangsung 3-8 minggu, tunggu sampai proses ini selesai). Nikmati kedekatan Anda berdua saat si Kecil sudah tidur, karena hormon oksitosin yang ditimbulkan akan membantu produksi ASI anda. Kosongkan dulu payudara Anda dengan memompa ASI didalamnya. Dan jangan lupa, gunakan KB bila Anda belum mau memberikan adik untuk si Kecil. Meskipun menyusui adalah KB alami, persentase pencegahan kehamilannya belum teruji 100%.

Senin, 10 Maret 2014

Perawatan Luka Modern


Definisi Luka, Klasifikasi dan Proses Penyembuhan Luka
Secara definisi suatu luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan oleh karena adanya cedera atau pembedahan. Luka ini bisa diklasifikasikan berdasarkan struktur anatomis, sifat, proses penyembuhan dan lama penyembuhan. Adapun berdasarkan sifat yaitu : abrasi, kontusio, insisi, laserasi, terbuka, penetrasi, puncture, sepsis, dll. Sedangkan klasifikasi berdasarkan struktur lapisan kulit meliputi: superfisial, yang melibatkan lapisan epidermis;partial thickness, yang melibatkan lapisan epidermis dan dermis; dan full thickness yang melibatkan epidermis, dermis, lapisan lemak, fascia dan bahkan sampai ke tulang.Berdasarkan proses penyembuhan, dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu:
A.    Healing by primary intention
Tepi luka bisa menyatu kembali, permukan bersih, biasanya terjadi karena suatu insisi, tidak ada jaringan yang hilang. Penyembuhan luka berlangsung dari bagian internal ke ekseternal.

B.    Healing by secondary intention
Terdapat sebagian jaringan yang hilang, proses penyembuhan akan berlangsung mulai dari pembentukan jaringan granulasi pada dasar luka dan sekitarnya.

C.   Delayed primary healing (tertiary healing)
Penyembuhan luka berlangsung lambat, biasanya sering disertai dengan infeksi, diperlukan penutupan luka secara manual.

Berdasarkan klasifikasi berdasarkan lama penyembuhan bisa dibedakan menjadi dua yaitu: akut dan kronis. Luka dikatakan akut jika penyembuhan yang terjadi dalam jangka waktu 2-3 minggu. Sedangkan luka kronis adalah segala jenis luka yang tidak tanda-tanda untuk sembuh dalam jangka lebih dari 4-6 minggu. Luka insisi bisa dikategorikan luka akut jika proses penyembuhan berlangsung sesuai dengan kaidah penyembuhan normal tetapi bisa juga dikatakan luka kronis jika mengalami keterlambatan penyembuhan (delayed healing) atau jika menunjukkan tanda-tanda infeksi.

Proses Penyembuhan Luka
A.    Luka akan sembuh sesuai dengan tahapan yang spesifik dimana bisa terjadi tumpang tindih (overlap)
B.    Proses penyembuhan luka tergantung pada jenis jaringan yang rusak serta penyebab luka tersebut
C.   Fase penyembuhan luka :
            1.        Fase inflamasi :
·         Hari ke 0-5
·         Respon segera setelah terjadi injuri à pembekuan darah à untuk mencegah kehilangan darah
·         Karakteristik : tumor, rubor, dolor, color, functio laesa
·         Fase awal terjadi haemostasis
·         Fase akhir terjadi fagositosis
·         Lama fase ini bisa singkat jika tidak terjadi infeksi

            2.        Fase proliferasi or epitelisasi
·         Hari 3 – 14
·         Disebut juga dengan fase granulasi o.k adanya pembentukan jaringan granulasi pada luka à luka nampak merah segar, mengkilat
·         Jaringan granulasi terdiri dari kombinasi : Fibroblasts, sel inflamasi, pembuluh darah yang baru, fibronectin and hyularonic acid
·         Epitelisasi terjadi pada 24 jam pertama ditandai dengan penebalan lapisan epidermis pada tepian luka
·         Epitelisasi terjadi pada 48 jam pertama pada luka insisi

            3.        Fase maturasi atau remodelling
·         Berlangsung dari beberapa minggu s.d 2 tahun
·         Terbentuknya kolagen yang baru yang mengubah bentuk luka serta peningkatan kekuatan jaringan (tensile strength)
·         Terbentuk jaringan parut (scar tissue) à 50-80% sama kuatnya dengan jaringan sebelumnya
·         Terdapat pengurangan secara bertahap pada aktivitas selular and vaskularisasi jaringan yang mengalami perbaikan

Faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka
  • Status Imunologi
  • Kadar gula darah (impaired white cell function)
  • Hidrasi (slows metabolism)
  • Nutritisi
  • Kadar albumin darah (‘building blocks’ for repair, colloid osmotic pressure – oedema)
  • Suplai oksigen dan vaskularisasi
  • Nyeri (causes vasoconstriction)
  • Corticosteroids (depress immune function)

Pengkajian Luka
A.    Kondisi luka
            1.        Warna dasar luka
·         Slough (yellow)
·         Necrotic tissue (black)
·         Infected tissue (green)
·         Granulating tissue (red)
·         Epithelialising (pink)
            2.        Lokasi ukuran dan kedalaman luka
            3.        Eksudat dan bau
            4.        Tanda-tanda infeksi
            5.         Keadaan kulit sekitar luka : warna dan kelembaban      
            6.        Hasil pemeriksaan laboratorium yang mendukung
B.    Status nutrisi klien : BMI, kadar albumin
C.   Status vascular : Hb, TcO2
D.   Status imunitas: terapi kortikosteroid atau obat-obatan immunosupresan yang lain
E.    Penyakit yang mendasari : diabetes atau kelainan vaskularisasi lainnya


Perencanaan
A.   Pemilihan Balutan Luka
Balutan luka (wound dressings) secara khusus telah mengalami perkembangan yang sangat pesat selama hampir dua dekade ini. Revolusi dalam perawatan luka ini dimulai dengan adanya hasil penelitian yang dilakukan oleh Professor G.D Winter pada tahun 1962 yang dipublikasikan dalam jurnal Nature tentang keadaan lingkungan yang optimal untuk penyembuhan luka. Menurut Gitarja (2002), adapun alasan dari teori perawatan luka dengan suasana lembab ini antara lain:
            1.        Mempercepat fibrinolisis
Fibrin yang terbentuk pada luka kronis dapat dihilangkan lebih cepat oleh netrofil dan sel endotel dalam suasana lembab.
            2.        Mempercepat angiogenesis
Dalam keadaan hipoksia pada perawatan luka tertutup akan merangsang lebih pembentukan pembuluh darah dengan lebih cepat.     
            3.        Menurunkan resiko infeksi
Kejadian infeksi ternyata relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan perawatan kering.
            4.        Mempercepat pembentukan Growth factor
Growth factor berperan pada proses penyembuhan luka untuk membentuk stratum corneum dan angiogenesis, dimana produksi komponen tersebut lebih cepat terbentuk dalam lingkungan yang lembab.
            5.        Mempercepat terjadinya pembentukan sel aktif.
Pada keadaan lembab, invasi netrofil yang diikuti oleh makrofag, monosit dan limfosit ke daerah luka berfungsi lebih dini.

Pada dasarnya prinsip pemilihan balutan yang akan digunakan untuk membalut luka harus memenuhi kaidah-kaidah berikut ini:
1.    Kapasitas balutan untuk dapat menyerap cairan yang dikeluarkan oleh luka (absorbing)
2.    Kemampuan balutan untuk mengangkat jaringan nekrotik dan mengurangi resiko terjadinya kontaminasi mikroorganisme (non viable tissue removal)
3.    Meningkatkan kemampuan rehidrasi luka (wound rehydration)
4.    Melindungi dari kehilangan panas tubuh akibat penguapan
5.    Kemampuan atau potensi sebagai sarana pengangkut atau pendistribusian antibiotic ke seluruh bagian luka (Hartmann, 1999; Ovington, 1999)

Dasar pemilihan terapi harus berdasarkan pada :
·         Apakah suplai telah tersedia?
·         Bagaimana cara memilih terapi yang tepat?
·         Bagaimana dengan keterlibatan pasien untuk memilih?
·         Bagaimana dengan pertimbangan biaya?
·         Apakah sesuai dengan SOP yang berlaku?
·         Bagaimana cara mengevaluasi?

B.   Jenis-jenis balutan dan terapi alternative lainnya
            1.        Film Dressing
·         Semi-permeable primary atau secondary dressings
·         Clear polyurethane yang disertai perekat adhesive
·         Conformable, anti robek atau tergores
·         Tidak menyerap eksudat
·         Indikasi : luka dgn epitelisasi, low exudate, luka insisi
·         Kontraindikasi : luka terinfeksi, eksudat banyak
·         Contoh: Tegaderm, Op-site, Mefilm

            2.        Hydrocolloid
·         Pectin, gelatin, carboxymethylcellulose dan elastomers
·         Support autolysis untuk mengangkat jaringan nekrotik atau slough
·         Occlusive –> hypoxic environment untuk mensupport angiogenesis
·         Waterproof
·         Indikasi : luka dengan epitelisasi, eksudat minimal
·         Kontraindikasi : luka yang terinfeksi atau luka grade III-IV
·         Contoh: Duoderm extra thin, Hydrocoll, Comfeel

            3.        Alginate
·         Terbuat dari rumput laut
·         Membentuk gel diatas permukaan luka
·         Mudah diangkat dan dibersihkan
·         Bisa menyebabkan nyeri
·         Membantu untuk mengangkat jaringan mati
·         Tersedia dalam bentuk lembaran dan pita
·         Indikasi : luka dengan eksudat sedang s.d berat
·         Kontraindikasi : luka dengan jaringan nekrotik dan kering
·         Contoh : Kaltostat, Sorbalgon, Sorbsan

            4.        Foam Dressings
·         Polyurethane
·         Non-adherent wound contact layer
·         Highly absorptive
·         Semi-permeable
·         Jenis bervariasi
·         Adhesive dan non-adhesive
·         Indikasi : eksudat sedang s.d berat
·         Kontraindikasi : luka dengan eksudat minimal, jaringan nekrotik hitam
·         Contoh : Cutinova, Lyofoam, Tielle, Allevyn, Versiva

            5.        Terapi alternatif
·         Zinc Oxide (ZnO cream)
·         Madu (Honey)
·         Sugar paste (gula)
·         Larvae therapy/Maggot Therapy
·         Vacuum Assisted Closure
·         Hyperbaric Oxygen

Implementasi
A.    Luka dengan eksudat & jaringan nekrotik (sloughy wound)
·         Bertujuan untuk melunakkan dan mengangkat jaringan mati (slough tissue)
·         Sel-sel mati terakumulasi dalam eksudat
·         Untuk merangsang granulasi
·         Mengkaji kedalaman luka dan jumlah eksudat
·         Balutan yang dipakai antara lain: hydrogels, hydrocolloids, alginates dan hydrofibre dressings

B.    Luka Nekrotik
·         Bertujuan untuk melunakan dan mengangkat jaringan nekrotik (eschar)
·         Berikan lingkungan yg kondusif u/autolisis
·         Kaji kedalaman luka dan jumlah eksudat
·         Hydrogels, hydrocolloid dressings

C.   Luka terinfeksi
·         Bertujuan untuk mengurangi eksudat, bau dan mempercepat penyembuhan luka
·         Identifikasi tanda-tanda klinis dari infeksi pada luka
·         Wound culture – systemic antibiotics
·         Kontrol eksudat dan bau
·         Ganti balutan tiap hari
·         Hydrogel, hydrofibre, alginate, metronidazole gel (0,75%), carbon dressings, silver dressings

D.   Luka Granulasi
·         Bertujuan untuk meningkatkan proses granulasi, melindungi jaringan yang baru, jaga kelembaban luka
·         Kaji kedalaman luka dan jumlah eksudat
·         Moist wound surface – non-adherent dressing
·         Treatment overgranulasi
·         Hydrocolloids, foams, alginates

E.    Luka epitelisasi
·         Bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang kondusif untuk “re-surfacing”
·         Transparent films, hydrocolloids
·         Balutan tidak terlalu sering diganti

F.    Balutan kombinasi
Tujuan
Tindakan
Rehidrasi
Hydrogel + film
atau hanya hydrocolloid
Debridement (deslough)
Hydrogel + film/foam
Atau hanya hydrocolloid
Atau alginate + film/foam
Atau hydrofibre + film/foam
Manage eksudat sedang
s.d berat
Extra absorbent foam
Atau extra absorbent alginate + foam
Atau hydrofibre + foam
Atau cavity filler plus foam

 Evaluasi dan Monitoring Luka
·         Dimensi luka : size, depth, length, width
·         Photography
·         Wound assessment charts
·         Frekuensi pengkajian
·         Plan of care

Dokumentasi Perawatan Luka
-          Potential masalah
-          Komunikasi yang adekuat
-          Continuity of care
-          Mengkaji perkembangan terapi atau masalah lain yang timbul
-          Harus bersifat faktual, tidak subjektif
-          Wound assessment charts

Kesimpulan
  1. Penggunaan ilmu dan teknologi serta inovasi produk perawatan luka dapat memberikan nilai optimal jika digunakan secara tepat
  2. Prinsip utama dalam manajemen perawatan luka adalah pengkajian luka yang komprehensif agar dapat menentukan keputusan klinis yang sesuai dengan kebutuhan pasien
  3. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan klinis diperlukan untuk menunjang perawatan luka yang berkualitas

Referensi
1. Georgina Casey, Modern Wound Dressings. Nursing Standard, Oct 18-Oct 24, 2000:15,5: Proquest Nursing & Allied Health Search
2.   Kathleen Osborn, Nursing Burn Injuries. Nursing Management; May 2003; 34,5: Proquest Nursing & Allied Health Search
3.    Madelaine Flanagan, Managing Chronic Wound Pain in Primary Care. Practice Nursing; Jun 23, 2006; 31, 12; ABI/INFORM Trade & Industry
4.    Maureen Benbow, Healing and Wound Classification. Journal of Community Nursing; Sep 2007; 21,9; Proquest Nursing & Allied Health Search
5.    Ritin Fernandez, Rhonda Griffiths, Cheryl Ussia (2002). The Effectiveness of Solutions, Techniques and Pressure in Wound Cleansing. The Joanna Briggs Institute for Evidence Based Nursing & Midwifery. Australia. www.joannabriggs.org.au
6.   Ruth Ropper. Principles of Wound Assessment and Management. Practice Nurse; Feb 24, 2006; 31,4; Proquest Nursing & Allied Health Search
7.  http://www.fkep.unpad.ac.id/2009/01/perawatan-luka-modern/