OTITIS MEDIA
SUPURATIF KRONIK (OMSK)
A.
PENGERTIAN
OMSK adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi
membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau
hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening, atau berupa nanah
(Sjamsuhidajat,2007).
OMSK dibagi menjadi 2 tipe :
1. OMSK
tipe benigna (tipe mukosa = tipe aman)
Proses peradangan
terbatas pada mukosa saja, dan biasanya tidak mengenai tulang. Perforasi
terletak di sentral. Umumnya OMSK tipe benigna jarang menimbulkan komplikasi
yang berbahaya. Pada OMSK tipe benigna tidak terdapat kolesteatom.
2. OMSK
tipe maligna (tipe tulang = tipe bahaya)
OMSK tipe maligna ialah
OMSK yang disertai dengan kolesteatoma. Perforasi terletak pada marginal atau
di atik, kadang-kadang terdapat juga kolesteatoma dengan perforasi subtotal.
Sebagian komplikasi yang berbahaya atau total timbul pada atau fatal, timbul
pada OMSK tipe maligna.
B.
ETIOLOGI
Faktor
yang menyebabkan penyakit infeksi telinga tengah supuratif menjadi kronis :
1.
Gangguan fungsi tuba eustachius yang kronis akibat :
a.
Infeksi hidung dan tenggorok yang kronis atau
berulang.
b.
Obstruksi anatomik tuba eustachius parsial / total
2. Perforasi membran timpani yang
menetap
3. Terjadinya metaplasia
skuamosa/perubahan patologik menetap lainnya pada telinga tengah.
4. Obstruksi menetap terhadap aerasi
telinga tengah atau rongga mastoid. Hal ini dapat disebabkan oleh jaringan
parut, penebalan mukosa, polip, jaringan granulasi (timpanosklerosis).
5. Terdapat daerah-daerah dengan
sekuester atau osteomielitis persisten di mastoid.
6. Faktor-faktor konstitusi dasar
seperti alergi, kelemahan umum, atau perubahan mekanisme pertahanan tubuh.
C.
PATOFISIOLOGI
Otitis media cronis bisa kambuh setelah infeksi
tenggorokan dan hidung (misalnya pilek) atau karena telinga kemasukan air
ketika mandi atau berenang. Penyebabnya biasanya adalah bakteri. Dari telinga
keluar nanah berbau busuk tanpa disertai rasa nyeri. Bila terus menerus kambuh,
akan terbentuk pertumbuhan menonjol yang disebut polip, yang berasal dari
telinga tengah dan melalui lubang pada gendang telinga akan menonjol ke dalam
saluran telinga luar. Infeksi yang menetap juga bisa menyebabkan kerusakan pada
tulang-tulang pendengaran (tulang-tulang kecil di telinga tengah yang
mengantarkan suara dari telinga luar ke telinga dalam) sehingga terjadi tuli
konduktif. Perforasi marginal (lubang terdapat di pinggiran gendang telinga).
Bisa terjadi tuli konduktif dan keluarnya nanah dari telinga. OMC dibagi dalam
2 jenis, yaitu benigna atau tipe mukosa dan maligna atau tipe tulang.
Berdasarkan sekret yang keluar dari kavum timpani secara aktif dikenal tipe aktif
dan tipe tenang. Pada Otitis media chronis
benigna peradangan terbatas pada mukosa saja, tidak mengenal tulang Perforasi terletak disentral. Jarang
menimbulkan komplikasi berbahaya dan
tidak terdapat kolesteatom OMC
tipe maligna disertai dengan kolesteatom. Perforasi terletak marginal, subtotal
atau di atik.
Sering menimbulkan komplikasi atau fatal
D.
MANIFESTASI KLINIS
1. Perforasi pada marginal atau pada
atik.
2. Abses atau kiste retroaurikuler
(belakang telinga)
3. Polip atau jaringan granulasi di
liang telinga luar yang verasal dari dalam telinga tengah.
4. Terlihat kolesteatom pada telinga
tengah (sering terlihat di epitimpanum).
5. Sekret berbentuk nanah dan berbau
khas (aroma kolesteatom)
6. Terlihat bayangan kolesteatom
pada foto rontgen mastoid
7. .Demam
8. Nyeri retroorbita pada sisi telinga yang
terinfeksi
9. Nistagmus dan vertigo
10. Paralisis fasial pada sisi telinga yang
terinfeksi
11. Nyeri kepala dengan atau tanpa letegia.
12. Papil edema
13. Meningismus
E.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan
Laboratorium.
2. pemeriksaan Diagnostik
a) Tes
Audiometri : AC menurun
b) X
ray : terhadap kondisi patologi
Misal :
Cholesteatoma, kekaburan mastoid.
3. Pemeriksaan
pendengaran
4. Tes
suara bisikan
5. Tes garputala
F.
KOMPLIKASI
Komplikasi
OMSK diklasaifikasikan sebagai berikut :
1.
Komplikasi di telinga tengah :
a.
Perforasi persisten
b.
Erosi tulang pendengaran
c.
Paralisis nervus fasial
2.
Komplikasi di telinga dalam :
a.
Fistel labirin
b.
Labirinitis supuratif
c.
Tuli saraf
3.
Komplikasi di ekstrasdural :
a.
Abses ekstradural
b.
Trombosis sinus lateralis
c.
Petrositis
4.
Komplikasi ke susunan saraf pusat :
a.
Meningitis
b.
Abses otak
c.
Hidrosefalus otitis
G.
PENATALAKSANAAN
Terapi
OMSK memerlukan waktu lama serta harus berulang-ulang. Sekret yang keluar tidak
langsung cepat kering atau selalu kambuh lagi. Keadaan ini antara lain
disebabkan oleh satu atau beberapa keadaan :
1.
Adanya perforasi membran timpani yang permanen
sehingga telinga tengah berhubungan dengan dunia luar.
2.
Terdapat sumber infeksi di laring, nasofaring,
hidung, dan sinus paranasal.
3.
Sudah terbentuk jaringan patologi yang irreversibel
dalam rongga mastoid.
4.
Gizi dan higiene yang kurang.
1. Prinsip Terapi OMSK
berdasarkan tipe:
a. Tipe Benigna
Ialah dengan konservatif atau medikamentosa. Bila sekret yang keluar
terus menerus, maka diberi obat pencuci telinga berupa larutan H2O2
3% selama 3 – 5 hari. Setelah sekret berkurang, maka terapi dilanjutkan dengan
memberikan obat tetes telinga yang mengandung antibiotik dan kortikosteroid.
Bila sekret sudah kering tetapi perforasi masih ada, setelah diobservasi
selama 2 bulan, maka idealnya dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti.
Operasi ini bertujuan untuk menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki
membran timpani yang perforasi, mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan
pendengaran yang lebih berat serta memperbaiki pendengaran
Bila terdapat sumber infeksi yang menyebabkan sekret tetap ada atau
terjadinya infeksi berulang, maka sumber infeksi itu harus diobati terlebih
dahulu, mungkin juga perlu dilakukan pembedahan, misalnya adenoidektomi dan
tensilektomi.
b. Prinsip Terapi OMSK tipe Maligna
Ialah pembedahan yaitu mastoidektomi dengan atau tanpa timpanoplasti.
Terapi konservatif dengan medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara
sebelum dilakukan pembedahan. Bila terdapat abses sub periosteal
retroaurikuler, maka insisi abses sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum
dilakukan mastoidektomi.
2. Jenis Pembedahan Pada OMSK
Ada
beberapa jenis pembedahan atau teknik operasi yang dapat dilakukan pada OMSK
dengan mastoiditis kronis, baik tipe benigna atau maligna, antara lain :
a. Mastoidektomi Sederhana.
Operasi
ini dilakukan pada OMSK tipe benigna yang pada pengobatan konservatif tidak
sembuh. Dengan tindakan operasi ini dilakukan pembersihan ruang mastoid dari
jaringan patologik. Tujuannya ialah supaya infeksi tenang dan telinga tidak
berair lagi. Pada operasi ini fungsi pendengaran tidak diperbaiki.
b. Mastiodektomi Radikal.
Operasi
ini dilakukan pada OMSK maligna dengan infeksi atau kolesteatom yang sudah
meluas. Pada operasi ini rongga mastoid dan kavum timpani dibersihkan dari
semua jaringan patologik. Dinding batas antara liang telinga luar dan telinga
tengah dengan rongga mastoid diruntuhkan, sehingga ketiga daerah anatomi tersebut
menjadi satu ruangan. Tujuan operasi nin adalah untuk membuang semua jaringan
patologik dan mencegah komplikasi ke intra kranial. Fungsi pendengaran tidak
diperbaiki. Kerugian operasi ini ialah pasien tidak diperbolehkan renang seumur
hidup, pasien harus kontrol teratur, pendengaran berkurang sekali. Modifikasi
operasi ini ialah dengan memasang tandur (graft) pada rongga operasi serta
membuat meatal / plasti yang lebar, sehingga rongga operasi kering permanen,
tetapi terdapat cacat anatomi yaitu meatus luar liang telinga menjadi lebar.
c. Mastiodektomi Radikal dengan
modifikasi (Operasi Bondy)
Operasi
ini dilakukan pada OMSK dengan kolesteatom di daerah atik, tetapi belum merusak
kavum timpani. Seluruh rongga mastoid dibersihkan, dan dinding posterior liang
telinga direndahkan. Tujuan operasi ialah, untuk membuang semua jaringan
patologik dari rongga mastoid dan mempertahankan pendengaran yang masih ada.
d. Miringoplasti
Operasi
ini merupakan jenis timpanoplasti yang paling ringan, dikenal juga dengan nama timpanoplasti
tipe I. Rekonstruksi hanya dilakukan pada membran timpani. Tujuan operasi ini
ialah untuk mencegah berulangnya infeksi telinga tengah pada OMSK tipe benigna
dengan perforasi yang menetap. Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe benigna
yang sudah tenang dengan ketulian ringan yang hanya disebabkan oleh perforasi
membran timpani.
e. Timpanoplasti
Operasi
ini dikerjakan pada OMSK tipe benigna dengan kerusakan yang lebih berat atau
OMSK tipe benigna yang tidak bisa ditenangkan dengan pengobatan medikamentosa.
Tujuan operasi ialah untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran.
Pada operasi ini, selain rekonstruksi membran timpani juga dilakukan
rekonstruksi tulang pendengaran (timpanoplasti tipe II, II, IV, V sebelum
rekonstruksi dikerjakan lebih dahulu dilakukan eksplorasi kavum timpani dengan
atau tanpa mastoidektomi untuk membersihkan jaringan patologis. Tidak jarang,
operasi ini terpaksa dilakukan 2 tahap dengan jarak waktu 6 –12 bulan
f. Timpanoplasti dengan pendekatan
ganda (Combined Approach Tympanoplasty)
Merupakan
teknik operasi timpanoplasti yang dikerjakan pada kasus OMSK tipe maligna atau
benigna dengan jaringan granulasi yang luas. Tujuan operasi ialah untuk
menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran tanpa melakukan teknik mastiodektomi
radikal. Membersihkan kolesteatom dan jaringan granulasi di kavum timpani,
dikerjakan melalui 2 jalan (combined Approach) yaitu melalui liang
telinga dan rongga mastoid dengan melakukan timpanotomi posterior.
H.
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Identitas
klien
2. Keluhan
utama
Biasanya
klien mengeluh adanya nyeri hebat, apalagi jika daun telinga disentuh. Adanya
sekret yang keluar dari telinga, kadang-kadang disertai bau yang tidak sedap.
Terjadi pembengkakan pada liang telinga. Terjadi gangguan pendengaran dan
kadang-kadang disertai demam. Telinga juga terasa gatal.
3. Riwayat penyakit sekarang
Tanyakan
sejak kapan keluhan dirasakan, apakah tiba-tiba atau perlahan-lahan, sejauh
mana keluhan dirasakan, apa yang memperberat dan memperingan keluhan dan apa
usaha yang telah dilakukan untuk mengurangi keluhan.
4. Riwayat
penyakit dahulu
Tanyakan
pada klien dan keluarganya ; apakah klien dahulu pernah menderita sakit seperti
ini ?, apakah sebelumnya pernah menderita penyakit lain, seperti panas tinggi,
kejang ?, apakah klien sering mengorek-ngorek telinga sehingga terjadi trauma
?, apakah klien sering berenang ?, Apakah klien saat dilahirkan cukup bulan,
BBLR, apakah ibu saat hamil mengalami infeksi, dll.
5. Riwayat
penyakit keluarga
6. Apakah
ada diantara anggota keluarga klien yang menderita penyakit seperti klien saat
ini dan apakah keluarga pernah menderita penyakit DM.
PEMERIKSAAN FISIK
a. Inspeksi
Inspeksi
liang telinga, perhatikan adanya cairan atau bau, pembengkakan pada MAE, warna
kulit telinga, apakah terdapat benda asing, peradangan, tumor. Inspeksi dapat
menggunakan alat otoskopik (untuk melihat MAE sampai ke membran timpany).
Apakah suhu tubuh klien meningkat.
b. Palpasi
Lakukan
penekanan ringan pada daun telinga, jika terjadi respon nyeri dari klien, maka
dapat dipastikan klien menderita otitis eksterna sirkumskripta.
DATA SUBJEKTIF DAN OBJEKTIF
a. Data subjektif
-
Klien mengeluh
pendengarannya berkurang, sering keluar sekret yang berbau.
-
Klien mengeluh
telinganya sakit/nyeri atau terasa gatal.
-
Klien mengatakan
terjadi trauma pada telinganya (karena jatuh, berolahraga, dll).
-
Klien sering berenang
dan mengorek telinganya.
b. Data
objektif
-
Klien berespons
kesakitan saat daun telinganya disentuh.
-
Klien tampak menggaruk-garuk telinganya atau
meringis kesakitan.
-
Klien sering mendekatkan
telinganya kepada perawat saat perawat berbicara.
-
Tampak sekret yang
berbau.
-
Adanya benjolan atau furunkel pada telinga
atau filamen jamur yang berwarna keputih-putihan.
-
Liang telinga tampak
sempit, hyperemesis dan edema tanpa batas yang jelas.
I.
MASALAH KEPERAWATAN
1.
Nyeri berhubungan dengan proses peradangan
2.
Gangguan sensori / presepsi
berhubungan dengan kerusakan pada telinga tenga
3.
Intoleransi aktifitas berhubungan
dengan nyeri
4.
Ansietas berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan mengenai pengobatan dan pencegahan kekambuhan
5.
Resiko tinggi trauma berhubungan
dengan gangguan presepsi pendengaran
6.
Kurangnya pengetahuan mengenai pengobatan dan pencegahan kekambuhan